Kursor Blog

Blogroll

tanaman kangkung






 I.                   PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Kangkung merupakan jenis sayuran yang sangat populer bagi rakyat Indonesia dan bangsa-bangsa yang hidup di daerah tropis. Di beberapa negara temperata seringkali sebagian penduduknya terdiri dari orang-orang yang berasal dari negara tropis yang juga biasa mengenal kangkung.
Di sisi lain, para pakar gulma internasional menyatakan bahwa kangkung yang dikenal dengan nama populer “Water Spinach” seringkali dimasukkan ke dalam golongan gulma air dan biasanya hidup berdampingan dengan Echinochloa crassipes Sahim dan Azola pinnata R. Br. Bahkan dari sumber daya hayati alam Indonesia kangkung mengandung senyawa tertentu yang potensial untuk manfaat dalam dunia farmasi; hingga dalam dunia kedokteran kangkung disebut dengan tanaman obat (Tseng dan Iwakami et al 1992).
Perhatian  masyarakat  terhadap soal pertanian dan lingkungan beberapa tahun terakhir ini menjadi  meningkat, disebabkan semakin dirasakannya dampak negatif penggunaan  bahan  kimia  bagi lingkungan, dan jika dibandingkan dengan dampak positifnya  bagi  peningkatan  produktivitas tanaman pertanian pengaruh bahan kimia tersebut tidak sebanding. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk alasan peningkatan produktivitas ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan dampak negatif baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.
Penggunaan pupuk, pestisida, dan bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, resistensi hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa komoditi sayuran dan buah. Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan berpengaruh fatal bagi kesehatan manusia. Bahkan jika sayuran dan buah yang telah tercemar tersebut dikonsumsi oleh manusia secara terus menerus tentunya akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian.
Saat ini banyak masyarakat yang mengkonsumsi sayuran dan buah terutama  komoditi segar yang bebas bahan kimia. Masyarakat lebih suka membeli sayuran dan buah yang berlubang karena hama penyakit daripada sayuran dan buah segar yang mulus tetapi banyak disemprot bahan kimia. Komoditas tanaman kangkung termasuk salah satu jenis sayuran dengan permintaan besar baik di kota maupun di pedesaan. Pada saat ini konsumen mulai menginginkan jenis kangkung yang bebas residu kimia dan diproduksi dengan sistem yang ramah lingkungan terutama konsumen tingkat ekonomi menengah keatas.
Melihat kecenderungan ini, salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah mengembangkan pertanian dengan system pertanian yang tidak tergantung pada  input  luar yang besar. Pengkajian kembali teknologi yang tidak hanya berorientasi pada penggunaan energi secara maksimal dan intensif akan tetapi juga berusaha menerapkan low input sustainable agriculture (LISA). Untuk Indonesia dan negara berkembang lainnya, dua tujuan harus tetap seimbang yaitu peningkatan produktivitas dan produksi disatu pihak serta pencapaian keberlanjutan sistem produksi, peningkatan kesejahteraan petani dan pelestarian lingkungan (Safuan et al., 2002)
Bahan dasar pupuk organik baik dalam bentuk  bokashi  maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah pertanian, seperti jerami dan sekam padi, kulit kacang tanah, dedak,  ampas tebu, batang jagung dan bahan hijauan lainnya. Kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau, kambing dan ayam. Beragamnya sumber pupuk organik tentunya beragam pula komposisi kandungan hara dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu perlu dikaji pengaruh dari sumber bahan organik terhadap pertumbuhan dan hasil salah satunya terhadap tanaman kangkung darat.
1.2.            Hipotesis
            Berdasarkan judul dan latar belakang di atas maka sebagai dugaan sementara atau hipotesis adalah terdapat satu dosis bokashi kotoran kambing yang terbuat dari aktivator tadabur yang memberikan yang lebih baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung.
1.3.            Tujuan Dan Kegunaan
            Tujuan praktek lapang ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang terbuat dari aktivator tadabur terhadap pertumbuhan dan produksi kangkung.
            Hasil praktek lapang ini di harapkan dapat di terapkan sebagai bahan informasi dan perbaikan untuk praktek lapang selanjutnya.



II.                TINJAUAN PUSTAKA
2.1.            Sitematika
  Tanaman kangkung darat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom              :  Plantea ( tumbuhan )
Subkingdom         :  Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio         :  Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio                  :  Magnoliophyta ( berbunga )
Kelas                    :  Magnoliapsida ( berkeping dua / dikotil )
Sub kelas              :  Asteridae
Ordo                     :  Solanales
Familia                 :  Convolvulaceae ( suku kankung – kangkungan )
Genus                   :  Ipomea
Spesies                  :  Ipomea reptans Poir
2.2.             Morfologi Tanaman Kangkung
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100 cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada jenis kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar (Djuariah, 2007).
Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Maria, 2009).
Buah kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat. Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman secara generatif (Maria, 2009).
2.3.   Syarat Tumbuh
2.3.1        Iklim
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun (Aditya, 2009).
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C (Aditya, 2009).
2.3.2        Media Tanam
Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) menghendaki tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang, karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang selalu tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir) membutuhkan tanah datar bagi pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).
2.3.3       Ketinggian Tempat
Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat 7 maupun kangkung air, kedua varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Anggara, 2009).
2.4.  Pupuk
2.4.1.           Pupuk Bokashi
Tanaman memerlukan berbagai jenis makanan dan zat-zat, baik yang di serapnya melalui akar atau yang di buat di dalam daun melalui proses fotosintesis untuk memenuhi kebutuhan serta melanjutkan kelangsungan hidupnya.(Anne, 2014)
Bokashi ( Bahan Organik Kaya Akan Sumber Hayati) adalah pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan aktivator tadabur. Keunggulan penggunaan aktivator tadabur adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara konvensional.
Tadabur sendiri mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik, dan jamur pengurai selulosa. Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.
2.4.2.      Pupuk Hayati Tadabur
Merupakan pupuk cair multiguna produk dari PT.Inovasi Quantum, berbentuk pekatan yang sangat di butuhkan tanaman untuk memacu pertumbuhan dan menguatkan tanaman. Di buat dari bahan alami segar tanpa limbah ternak, sehingga aman bagi tanaman, lahan, hewan dan orang yang mengaplikasikannya di lapangan.
Tadabur juga mengandung unsur hara makro dan mikro lengkap dan dalam komposisi yang seimbang. Mengandung senyawa bioaktif seperti asam fulvat, asam humat, asam amino dan vitamin dan di lengkapi dengan hormon perangsang tumbuh alami.Tadabur dapat menghemat penggunaan pupuk kimia antara 50 – 100 % dan dapat meningkatkan produksi dan kualitas hasil panen. Tadabur mengandung mikroorganisme dalam konsentrasi tinggi, dapat melarutkan residu pupuk anorganik dan pestisida dalam tanah.
Dengan konsep pemulihan tanah berbasis mikroba, PT Inovasi Quantum memberikan manfaat sebagai berikut :
a.       Meningkatkan aktivitas biologi tanah.
b.      Mampu menekan perkembang biakan mikroba patogen.
c.       Memacu pertumbuhan tanaman.
d.      Meningkatkan imunitas tanaman.
e.       Mempercepat pemulihan kesehatan tanaman.
f.       Membantu tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman.
g.      Mengurangi residu pupuk sintetik dalam tanah menekan penggunaan pupuk sintetik dalam tanah.
h.      Menekan penggunaan pupuk  sintetik hingga 30 – 60%.
i.        Meningkatkan hasil panen hingga 60 – 100%.







III.             BAHAN DAN METODE
3.1.       Tempat Dan Waktu
Praktek lapang ini di laksanakan di lahan percobaan Stip Puanggrimaggalatung Sengkang, depan laboratorium biologi prima sengkang yang pelaksanaanya pada musim gaduh (kemarau) mulai maret 2015 – mei 2015.
3.2.       Bahan Dan Alat
Bahan yang di gunakan adalah antara lain benih kangkung, aktifator tadabur, kotoran kambing, sekam padi, dedak, gula ,merah dan air.
Alat yang di gunakan antara lain cangkul, skop, termometer, ember, meteran, papan, paku, timbangan, dan label.
3.3.       Metode Pelaksanaan
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan. Praktek ini di susun berdasarkan rancangan acak kelompok(RAK) terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu Bokashi kotoran kambing 2 ton/hektar(b1), bokashi 4 ron/hektar(b2), dan bokashi kotoran kambing 6 ton/hektar(b3). Masing – masing perlakuan terdiri dari 3 bedengan sehingga terdapat 9 unit petakan.
3.4.       Pelaksanaan Percobaan
3.4.1             Pegolahan Lahan
Lahan yang di gunakan pada penelitian ini seluas 46,08 m2 (9,60 m x 4,80 m). Pelaksanaan percobaan ini di awali dengan pengolahan lahan dengan menggunakan cangkul sebanyak tiga kali mulai dari pembersihan gulma sampai pembuatan bedenngan. Pengolahan tanah ini di lakukan pada masing – masing petak.
Setiap petak di beri ukuran dengan ukuran 3 m x 1 m = 3 m2 setiap petak, petak – petak ini di beri salur sebanyak lima salur perpetak dengan jarak 10 cm yang di tempatkan sesuai dengan denah percobaan pada lampiran 1.
3.4.2             Pembuatan Bokashi
Bahan – Bahan
1.      Kotoran kambing.
2.      Dedak.
3.      Sekam padi.
4.      Gula merah.
5.      Tadabur
6.      Air secukupnya
Cara Pembuatannya
Larutkan gula merah dan tadabur dalam air , kotoran kambing, dedak, dan sekam padi kemudian di gundukan di ats lantai yang kering, pembuatan bokashi di lakukan di bawah bangunan yang beratap( agar tidak terkena air hujan ), setelah bahan-  bahan tadi telah di gundukan lalu di aduk hingga merata dan gundukan tesebut minimal ketinggian 15 -20  cm, di atas lantai yang kering.
Kemudian siramkan larutan tadi secara perlahan – lahan ke dalam adonan secara merata, bila adonan di kepal dan airnya tidak menetes dan bila kepalan tangan di lepas dan tidak pecah maka pupuk tersebut sudah siap di tutup dengan menggukan plastik atau karung goni selama 4 – 7 hari.
pertahankan suhu adonan maksimal 500 c, bila suhunya lebih tinggi dari 500c maka perlu di lakukan penurunan suhu dengan cara membolak balik adonan tersebut dan suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi pembusukan, pemeriksaan suhu di lakukan tiap 5 jam sekali, setelah 4 – 7 hari bokashi telah  selesai terfermentasi dan siap di gunakan sebagai pupuk kompos.
3.4.3             Penanaman
Setelah lahan di siapkan, selanjutnya di lakukan penanaman dengan cara ditabur kangkung dengan sistem larikan, sebelum di tabur terlebih dahulu di buatkan larikan sebanyak 5 tiap petak kemudian benih di hambur secara merata yang sebelumnya di timbang sebanyak 27 gram/petak,  sehingga benih yang di gunakan seragam bentuknya ke semua petakan.
3.4.4             Penyiraman
Penyiraman di lakukan setiap pagi dan sore bertujuan agar tanaman kangkung tersebut tidak kekeringan air, untuk mempermudah proses pertumbuhan tanaman dan proses penyiraman tersebut di lakukan hingga pasca panen.


3.4.5             Pemupukan Bokashi
Proses pemupukan di lakukan di petak percobaan dengan menggunakan pupuk bokashi kotoran kambing dengan cara pupuk di timbang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan tanah perpetak lalu di hamburkan di atas bedengan tersebut  dan setelah di hamburkan jangan lupa pula pupuk tersebut di aduk atau di campurkan dengan menggunakan cangkul.
3.4.6             Penyiangan
Penyiangan di lakukan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam dengan membersihkan lahan dari tumbuhan atau gulam pengganggu.
3.4.7             Panen
Panen di lakukan pada saat tanaman  kangkung sudah berumur 23 – 30 HST. Adapun cara panennya, dengan cara mencabut kangkung perbaris terlebih dahulu setelah itu di lakukan pula pengukuran tinggi tanaman serta penimbangan bobot tanaman kangkung setelah panen guna untuk pengambilan sample data, lalu di kumpulkan kemudian di satukan 15 – 20 batang dalam satu ikatan
Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak cepat layu, kangkung yang Telah diikat celupkan dalam air tawar bersih dan tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.
3.5         Pengamatan
Variabel yang di amati dan di ukur adalah sebagai berikut :
a)      Tinggi tanaman (cm), di ukur dari permukaan tanah sampai ujung helai.
b)      Bobot tanaman perpetak, di timbang pada saat panen.
c)      Produksi perhektar, di konfersi dari hasil perpetak.









IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.    Hasil
          Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan maka di peroleh hasil sebagai berikut :
          4.1.1       Tinggi Tanaman Perpetak
Hasil pengamatan pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang terbuat dari aktifator tadabur terhadap tinggi tanaman kangkug dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kangkung saat Panen (cm)
perlakuan
Kelompok
Jumlah
Rata - Rata
I
II
III
B1
64
56,25
59,2
179,45
59,82
B2
60,6
61,2
60,6
182,4
60,80
B3
64,75
64
50
178,75
59,58
Jumlah
189,35
181,45
169,8
540,6
Rata - Rata
63,12
60,48
56,60
60,07

Tabel 2. Hasil analisis Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman Kangkung saat Panen

SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftab

0,05
0,01

Kelompok
2
64,48
32,24
1,24 ns
6,94
18,00

Pupuk
2
2,502
1,251
0,05 ns
6,94
18,00

Sisa
4
104,402
26,10


jumlah
8
171,384









4.1.2.           Bobot Tanaman  Perpetak
Hasil pengamatan pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang terbuat dari aktifator tadabur terhadap bobot tanaman kangkug dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Rata-rata Hasil pengamatan bobot tanaman kangkung perpetak saat panen (kg)

perlakuan
Kelompok
Jumlah
Rata - Rata
I
II
III
B1
5,95
4,79
4,18
14,92
4,97
B2
5,21
4,9
3,66
13,77
4,59
B3
4,42
5,41
5,12
14,95
4,98
Jumlah
15,58
15,1
12,96
43,64
Rata - Rata
5,19
5,03
4,32
4,849



Tabel 4. Hasil analisis Sidik Ragam Pengamatan bobot Tanaman Kangkung saat Panen
SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftab
0,05
0,01
Kelompok
2
0,302
0,151
0,277 ns
6,94
18,00
Pupuk
2
1,297
0,6485
1,188 ns
6,94
18,00
Sisa
4
2,183
0,54575

Jumlah
8
3,782


















4.1.3.           Bobot Tanaman Perhektar
Hasil pengamatan pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang terbuat dari aktifator tadabur terhadap bobot tanaman kangkug perhektar dapat di lihat pada tabel berikut :


Tabel 5. Rata-rata Hasil Pengamatan bobot Tanaman Kangkung perhektar saat Panen (ton)

perlakuan
Kelompok
Jumlah
Rata - Rata
I
II
III
B1
19,83
15,97
13,93
49,73
16,58
B2
17,37
16,33
12,2
45,90
15,30
B3
14,73
18,03
17,07
49,83
16,61
Jumlah
51,93
50,33
43,20
145,47
Rata – Rata
17,31
16,78
14,40
16,16

Tabel 6. Hasil analisis Sidik Ragam Pengamatan bobot Tanaman Kangkung perhektar  saat Panen

SK
DB
JK
KT
Fhit
Ftab

0,05
0,01

Kelompok
2
14,41
7,21
1,19 ns
6,94
18,00

Pupuk
2
3,35
1,68
0,28 ns
6,94
18,00

Sisa
4
24,26
6,06


jumlah
8
42,02






4.2.            Pembahasan
            Berdasarkan hasil analisis varians dari ketiga perlakuan jumlah perbandingan persentase pupuk bokashi (B1, B2,B3 ) yang di ujikan pada penelitian ini menunjukkan bahwa ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi tanaman, produksi per petak dan per hektar. Akan tetapi berdasarkan hasil rata – rata  diperoleh hasil yang lebih tinggi pada perlakuan B3 terhadap tinggi tanaman, produksi per petak dan per hektar.
Dari hasil ananlisis varians tinggi tanaman menunjukkan bahwa Fhit < Ftab, maka dari hasil analisis varians tersebut dapat di lihat bahwa Ftab > Fhit hal berarti terdapat perbedaan yang berpengaruh tidak nyata ( tn) antara masing – masing perlakuan tehadap tinggi tanaman kangkung darat. Tidak terjadi perbedaan yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman kangkung darat antar perlakuan B1, B2, B3, di sebabkan karena setiap media perlakuan mempunyai persediaan unsur hara yang berbeda untuk masing – masing pertumbuhan tanaman. Jadi di berikan Penambahan pupuk bokashi yang mengandung unsur – unsur penting yang di perlukan media perlakuan memungkinkan pengaruh pada pertumbuhan tanaman kangkung darat.
Pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah dan memberikan suplai hara yang tinggi seiring pemberian pupuk. Menurut Novizan (2005), pupuk kandang mempunyai daya untuk meningkatkan kesuburan tanah karena dapat menambah zat makanan, mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur tanah dan mendorong kehidupan jasad renik. Pupuk kandang juga penting sebagai sumber unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga keseimbangan unsur hara di dalam tanah menjadi lebih baik. Pemberian pupuk kandang yang memiliki hara yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian media yang mendapat perlakuan . Semakin tinggi kadar pupuk yang diberikan maka kondisi tanah semakin baik, karena penambahan bahan organik kedalam tanah yang dapat memperbaiki struktur tanahpun semakin maksimal.
Menurut Loveles (1999), unsur N diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif dan memperlambat pertumbuhan bunga dan buah tanaman. Bila tanaman terlalu banyak mendapat unsur N, tanaman akan tumbuh terlalu subur sehingga sulit menghasilkan bunga. Sebaliknya, bila kekurangan, pertumbuhan tanaman menjadi kecil-kecil, berwarna pucat, berbunga banya, buah yang dihasilkan berukuran kecil dan mudah rontok. Adanya unsur P menyebabkan terbentuknya bunga dan buah lebih banyak. Kekurangan unsur tersebut menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur lainnya. Meskipun jumlah unsur phospat yang diangkut tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan phospat dari pupuk sangat penting. Maka apabila kekurangan phospat pertumbuhan tanaman akan menurun secara drastis. Unsur K sangat berperan dalam pembentukan dan transportasi karbohidrat, megatur kebutuhan air yang diperlukan jaringan tanaman, dan mendorong daya serap air. Unsur K sangat menentukan produktivitas tanaman dalam menghasilkan buah, baik jumlah dan mutunya. Apabila tanaman kekurangan unsur ini, maka pada bagian tepi dan pucuk daun berwarna coklat dan lambat laun kering. Buah yang dihasilkanpun akan terasa hambar dan kadar airnya rendah.


















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.      Kesimpulan
            Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perlakuan b3 yang meberikan pengaruh lebih baik dengan rata-rata produksi 4,98 kg per petak atau 16,61  ton/ha.   
5.2.      Saran
            Perlu di lakukan penelitian lanjutan, mengingat dari hasil yang di dapat dari setiap dosis pupuk, agar memerhatikan aspek usaha taninya dengan pengeluaran minimal dapat menghasilkan produksi yang maksimal.






















DAFTAR PUSTAKA
Tseng, C.F; S. Iwakami; A. Mikajiri; M. Shibuya, M.; F. Hanaoka; Abizuka. Y;

Padmawinata. K; Sankawa. U. 1992. Inhibition of in vitro Prostalglandin and Leucotriene
Biosuntheses by Cinnamoyl-beta-Phenethylamine and N-acydopamine Detrivatives. Chemical and Pharmacetical Bull. (Tokyo). 40(2) : 396-400.

Djuariah, 2007. Rencana penelitian perbaikan varietas kangkung. Cit Proposal :
Teknologi Usahatani untuk Meningkatkan Produksi dan Mutu Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk-Convolvulaceae). BALITSA.

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.




































Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Posting Komentar

luvne.com ayeey.com cicicookies.com mbepp.com kumpulanrumusnya.com.com tipscantiknya.com