I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Kangkung merupakan jenis sayuran
yang sangat populer bagi rakyat Indonesia dan bangsa-bangsa yang hidup di
daerah tropis. Di beberapa negara temperata seringkali sebagian penduduknya
terdiri dari orang-orang yang berasal dari negara tropis yang juga biasa mengenal
kangkung.
Di sisi lain, para pakar gulma
internasional menyatakan bahwa kangkung yang dikenal dengan nama populer “Water
Spinach” seringkali dimasukkan ke dalam golongan gulma air dan biasanya hidup
berdampingan dengan Echinochloa crassipes Sahim dan Azola pinnata R.
Br. Bahkan dari sumber daya hayati alam Indonesia kangkung mengandung senyawa
tertentu yang potensial untuk manfaat dalam dunia farmasi; hingga dalam dunia
kedokteran kangkung disebut dengan tanaman obat (Tseng dan Iwakami et al 1992).
Perhatian masyarakat terhadap soal pertanian dan lingkungan
beberapa tahun terakhir ini menjadi meningkat, disebabkan semakin dirasakannya
dampak negatif penggunaan bahan kimia bagi
lingkungan, dan jika dibandingkan dengan dampak positifnya bagi peningkatan produktivitas tanaman pertanian pengaruh bahan
kimia tersebut tidak sebanding. Bahan-bahan kimia yang selalu digunakan untuk
alasan peningkatan produktivitas ternyata saat ini lebih banyak menimbulkan
dampak negatif baik bagi kehidupan manusia dan lingkungan sekitarnya.
Penggunaan pupuk, pestisida, dan
bahan kimia lainnya yang terus menerus dapat merusak biota tanah, resistensi
hama dan penyakit, serta dapat merubah kandungan vitamin dan mineral beberapa
komoditi sayuran dan buah. Hal ini tentunya jika dibiarkan lebih lanjut akan
berpengaruh fatal bagi kesehatan manusia. Bahkan jika sayuran dan buah yang
telah tercemar tersebut dikonsumsi oleh manusia secara terus menerus tentunya
akan menyebabkan kerusakan jaringan bahkan kematian.
Saat ini banyak masyarakat yang
mengkonsumsi sayuran dan buah terutama komoditi segar yang bebas bahan kimia.
Masyarakat lebih suka membeli sayuran dan buah yang berlubang karena hama
penyakit daripada sayuran dan buah segar yang mulus tetapi banyak disemprot
bahan kimia. Komoditas tanaman kangkung termasuk salah satu jenis sayuran
dengan permintaan besar baik di kota maupun di pedesaan. Pada saat ini konsumen
mulai menginginkan jenis kangkung yang bebas residu kimia dan diproduksi dengan
sistem yang ramah lingkungan terutama konsumen tingkat ekonomi menengah keatas.
Melihat kecenderungan ini, salah
satu upaya yang dapat dilakukan dalam bidang pertanian adalah mengembangkan
pertanian dengan system pertanian yang tidak tergantung pada input luar
yang besar. Pengkajian kembali teknologi yang tidak hanya berorientasi pada
penggunaan energi secara maksimal dan intensif akan tetapi juga berusaha
menerapkan low input sustainable agriculture (LISA). Untuk Indonesia dan
negara berkembang lainnya, dua tujuan harus tetap seimbang yaitu peningkatan
produktivitas dan produksi disatu pihak serta pencapaian keberlanjutan sistem
produksi, peningkatan kesejahteraan petani dan pelestarian lingkungan (Safuan et
al., 2002)
Bahan dasar pupuk organik baik
dalam bentuk bokashi maupun pupuk kandang dapat berasal dari limbah
pertanian, seperti jerami dan sekam padi, kulit kacang tanah, dedak, ampas tebu, batang jagung dan bahan hijauan
lainnya. Kotoran ternak yang banyak dimanfaatkan adalah kotoran sapi, kerbau,
kambing dan ayam. Beragamnya sumber pupuk organik tentunya beragam pula
komposisi kandungan hara dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Oleh
karena itu perlu dikaji pengaruh dari sumber bahan organik terhadap pertumbuhan
dan hasil salah satunya terhadap tanaman kangkung darat.
1.2.
Hipotesis
Berdasarkan judul dan latar belakang di atas maka sebagai
dugaan sementara atau hipotesis adalah terdapat satu dosis bokashi kotoran
kambing yang terbuat dari aktivator tadabur yang memberikan yang lebih baik
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kangkung.
1.3.
Tujuan
Dan Kegunaan
Tujuan praktek lapang ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang terbuat dari
aktivator tadabur terhadap pertumbuhan dan produksi kangkung.
Hasil praktek lapang ini di harapkan dapat di terapkan
sebagai bahan informasi dan perbaikan untuk praktek lapang selanjutnya.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.
Sitematika
Tanaman kangkung darat diklasifikasikan
sebagai berikut :
Kingdom : Plantea ( tumbuhan )
Subkingdom : Tracheobionta ( berpembuluh )
Superdivisio : Spermatophyta ( menghasilkan biji )
Divisio : Magnoliophyta ( berbunga )
Kelas : Magnoliapsida ( berkeping dua / dikotil
)
Sub kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Familia
: Convolvulaceae ( suku kankung –
kangkungan )
Genus : Ipomea
Spesies : Ipomea
reptans Poir
2.2.
Morfologi Tanaman Kangkung
Kangkung merupakan tanaman yang dapat tumbuh lebih dari satu
tahun. Tanaman kangkung memiliki sistem perakaran tunggang dan cabang-cabangnya
akar menyebar kesemua arah, dapat menembus tanah sampai kedalaman 60 hingga 100
cm, dan melebar secara mendatar pada radius 150 cm atau lebih, terutama pada
jenis kangkung air (Djuariah, 2007).
Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak
mengandung air (herbacious) dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki
percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar
(Djuariah, 2007).
Kangkung
memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan di ketiak daunnya
terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi percabangan baru. Bentuk daun
umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan daun sebelah atas berwarna hijau tua,
dan permukaan daun bagian bawah berwarna hijau muda. Selama fase pertumbuhanya
tanaman kangkung dapat berbunga, berbuah, dan berbiji terutama jenis kangkung
darat. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk “terompet” dan daun mahkota
bunga berwarna putih atau merah lembayung (Maria, 2009).
Buah
kangkung berbentuk bulat telur yang didalamnya berisi tiga butir biji. Bentuk
buah kangkung seperti melekat dengan bijinya. Warna buah hitam jika sudah tua
dan hijau ketika muda. Buah kangkung berukuran kecil sekitar 10 mm, dan umur
buah kangkung tidak lama. Bentuk biji kangkung bersegi-segi atau tegak bulat.
Berwarna cokelat atau kehitam-hitaman, dan termasuk biji berkeping dua. Pada
jenis kangkung darat biji kangkung berfungsi sebagai alat perbanyakan tanaman
secara generatif (Maria, 2009).
2.3. Syarat
Tumbuh
2.3.1
Iklim
Tanaman ini dapat
tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat (Ipomea reptans Poir) dapat tumbuh pada daerah yang
beriklim panas dan beriklim dingin. Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan
tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman
kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak
tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi
rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang
agak rimbun (Aditya, 2009).
Tanaman kangkung
membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di
tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang
(tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan
kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka
kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen. Suhu udara dipengaruhi
oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara
turun 1 derajat C (Aditya, 2009).
2.3.2
Media
Tanam
Kangkung darat (Ipomea
reptans Poir) menghendaki
tanah yang subur, gembur banyak mengandung bahan organik dan tidak dipengaruhi
keasaman tanah. Tanaman kangkung darat tidak menghendaki tanah yang tergenang,
karena akar akan mudah membusuk. Sedangkan kangkung air membutuhkan tanah yang
selalu tergenang air. Tanaman kangkung (Ipomea reptans Poir) membutuhkan tanah datar bagi
pertumbuhannya, sebab tanah yang memiliki kelerengan tinggi tidak dapat
mempertahankan kandungan air secara baik (Haryoto, 2009).
2.3.3
Ketinggian
Tempat
Kangkung dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik di dataran rendah sampai dataran tinggi
(pegunungan) ± 2000 meter dpl. Baik kangkung darat 7 maupun kangkung air, kedua
varietas tersebut dapat tumbuh di mana saja, baik di dataran rendah maupun di
dataran tinggi. Hasilnya akan tetap sama asal jangan dicampur aduk (Anggara,
2009).
2.4. Pupuk
2.4.1.
Pupuk
Bokashi
Tanaman
memerlukan berbagai jenis makanan dan zat-zat, baik yang di serapnya melalui
akar atau yang di buat di dalam daun melalui proses fotosintesis untuk memenuhi
kebutuhan serta melanjutkan kelangsungan hidupnya.(Anne, 2014)
Bokashi ( Bahan Organik
Kaya Akan Sumber Hayati) adalah pupuk
kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik
dengan aktivator tadabur. Keunggulan penggunaan aktivator tadabur adalah pupuk
organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan
dengan cara konvensional.
Tadabur sendiri mengandung Azotobacter sp.,
Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik, dan jamur pengurai selulosa.
Bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan
pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau
serbuk gergajian. Namun bahan yang paling baik digunakan sebagai bahan
pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik
untuk mikroorganisme.
2.4.2.
Pupuk Hayati Tadabur
Merupakan pupuk cair multiguna produk
dari PT.Inovasi Quantum, berbentuk pekatan yang sangat di butuhkan tanaman
untuk memacu pertumbuhan dan menguatkan tanaman. Di buat dari bahan alami segar
tanpa limbah ternak, sehingga aman bagi tanaman, lahan, hewan dan orang yang
mengaplikasikannya di lapangan.
Tadabur juga mengandung unsur hara makro
dan mikro lengkap dan dalam komposisi yang seimbang. Mengandung senyawa
bioaktif seperti asam fulvat, asam humat, asam amino dan vitamin dan di
lengkapi dengan hormon perangsang tumbuh alami.Tadabur dapat menghemat
penggunaan pupuk kimia antara 50 – 100 % dan dapat meningkatkan produksi dan
kualitas hasil panen. Tadabur mengandung mikroorganisme dalam konsentrasi
tinggi, dapat melarutkan residu pupuk anorganik dan pestisida dalam tanah.
Dengan konsep pemulihan tanah berbasis
mikroba, PT Inovasi Quantum memberikan manfaat sebagai berikut :
a. Meningkatkan
aktivitas biologi tanah.
b. Mampu
menekan perkembang biakan mikroba patogen.
c. Memacu
pertumbuhan tanaman.
d. Meningkatkan
imunitas tanaman.
e. Mempercepat
pemulihan kesehatan tanaman.
f. Membantu
tanah menyediakan unsur hara bagi tanaman.
g. Mengurangi
residu pupuk sintetik dalam tanah menekan penggunaan pupuk sintetik dalam
tanah.
h. Menekan
penggunaan pupuk sintetik hingga 30 –
60%.
i.
Meningkatkan hasil panen hingga 60 –
100%.
III.
BAHAN
DAN METODE
3.1.
Tempat
Dan Waktu
Praktek
lapang ini di laksanakan di lahan percobaan Stip Puanggrimaggalatung Sengkang, depan
laboratorium biologi prima sengkang yang pelaksanaanya pada musim gaduh (kemarau)
mulai maret 2015 – mei 2015.
3.2. Bahan Dan Alat
Bahan
yang di gunakan adalah antara lain benih kangkung, aktifator tadabur, kotoran kambing,
sekam padi, dedak, gula ,merah dan air.
Alat
yang di gunakan antara lain cangkul, skop, termometer, ember, meteran, papan,
paku, timbangan, dan label.
3.3.
Metode
Pelaksanaan
Metode
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan
percobaan di lapangan. Praktek ini di susun berdasarkan rancangan acak
kelompok(RAK) terdiri dari 3 taraf perlakuan yaitu Bokashi kotoran kambing 2 ton/hektar(b1),
bokashi 4 ron/hektar(b2), dan bokashi kotoran kambing 6 ton/hektar(b3).
Masing – masing perlakuan terdiri dari 3 bedengan sehingga terdapat 9 unit
petakan.
3.4.
Pelaksanaan
Percobaan
3.4.1
Pegolahan
Lahan
Lahan yang di gunakan pada penelitian ini seluas
46,08 m2 (9,60 m x 4,80 m). Pelaksanaan percobaan ini di awali
dengan pengolahan lahan dengan menggunakan cangkul sebanyak tiga kali mulai
dari pembersihan gulma sampai pembuatan bedenngan. Pengolahan tanah ini di
lakukan pada masing – masing petak.
Setiap petak di beri ukuran dengan ukuran 3 m x 1 m
= 3 m2 setiap petak, petak – petak ini di beri salur sebanyak lima
salur perpetak dengan jarak 10 cm yang di tempatkan sesuai dengan denah
percobaan pada lampiran 1.
3.4.2
Pembuatan
Bokashi
Bahan
– Bahan
1. Kotoran
kambing.
2. Dedak.
3. Sekam
padi.
4. Gula
merah.
5. Tadabur
6. Air
secukupnya
Cara
Pembuatannya
Larutkan gula merah dan
tadabur dalam air , kotoran kambing, dedak, dan sekam padi kemudian di gundukan
di ats lantai yang kering, pembuatan bokashi di lakukan di bawah bangunan yang
beratap( agar tidak terkena air hujan ), setelah bahan- bahan tadi telah di gundukan lalu di aduk
hingga merata dan gundukan tesebut minimal ketinggian 15 -20 cm, di atas lantai yang kering.
Kemudian siramkan larutan tadi secara
perlahan – lahan ke dalam adonan secara merata, bila adonan di kepal dan airnya
tidak menetes dan bila kepalan tangan di lepas dan tidak pecah maka pupuk
tersebut sudah siap di tutup dengan menggukan plastik atau karung goni selama 4
– 7 hari.
pertahankan suhu adonan
maksimal 500 c, bila suhunya lebih tinggi dari 500c maka
perlu di lakukan penurunan suhu dengan cara membolak balik adonan tersebut dan
suhu yang tinggi dapat mengakibatkan bokashi menjadi rusak karena terjadi
pembusukan, pemeriksaan suhu di lakukan tiap 5 jam sekali, setelah 4 – 7 hari
bokashi telah selesai terfermentasi dan
siap di gunakan sebagai pupuk kompos.
3.4.3
Penanaman
Setelah
lahan di siapkan, selanjutnya di lakukan penanaman dengan cara ditabur kangkung
dengan sistem larikan, sebelum di tabur terlebih dahulu di buatkan larikan
sebanyak 5 tiap petak kemudian benih di hambur secara merata yang sebelumnya di
timbang sebanyak 27 gram/petak, sehingga
benih yang di gunakan seragam bentuknya ke semua petakan.
3.4.4
Penyiraman
Penyiraman
di lakukan setiap pagi dan sore bertujuan agar tanaman kangkung tersebut tidak
kekeringan air, untuk mempermudah proses pertumbuhan tanaman dan proses
penyiraman tersebut di lakukan hingga pasca panen.
3.4.5
Pemupukan
Bokashi
Proses
pemupukan di lakukan di petak percobaan dengan menggunakan pupuk bokashi kotoran
kambing dengan cara pupuk di timbang terlebih dahulu sesuai dengan kebutuhan
tanah perpetak lalu di hamburkan di atas bedengan tersebut dan setelah di hamburkan jangan lupa pula
pupuk tersebut di aduk atau di campurkan dengan menggunakan cangkul.
3.4.6
Penyiangan
Penyiangan
di lakukan pada saat tanaman berumur dua minggu setelah tanam dengan
membersihkan lahan dari tumbuhan atau gulam pengganggu.
3.4.7
Panen
Panen
di lakukan pada saat tanaman kangkung
sudah berumur 23 – 30 HST. Adapun cara panennya, dengan cara mencabut kangkung
perbaris terlebih dahulu setelah itu di lakukan pula pengukuran tinggi tanaman
serta penimbangan bobot tanaman kangkung setelah panen guna untuk pengambilan
sample data, lalu di kumpulkan kemudian di satukan 15 – 20 batang dalam satu
ikatan
Dalam penyimpanan (sebelum dipasarkan), agar tidak
cepat layu, kangkung yang Telah diikat celupkan dalam air tawar bersih dan
tiriskan dengan menggunakan anjang-anjang.
3.5
Pengamatan
Variabel
yang di amati dan di ukur adalah sebagai berikut :
a) Tinggi
tanaman (cm), di ukur dari permukaan tanah sampai ujung helai.
b) Bobot
tanaman perpetak, di timbang pada saat panen.
c) Produksi
perhektar, di konfersi dari hasil perpetak.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Berdasarkan
hasil pengamatan di lapangan maka di peroleh hasil sebagai berikut :
4.1.1
Tinggi Tanaman Perpetak
Hasil
pengamatan pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang
terbuat dari aktifator tadabur terhadap tinggi tanaman kangkug dapat di lihat
pada tabel berikut :
Tabel 1. Rata-rata
Hasil Pengamatan Tinggi Tanaman Kangkung saat Panen (cm)
perlakuan
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Rata - Rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
B1
|
64
|
56,25
|
59,2
|
179,45
|
59,82
|
B2
|
60,6
|
61,2
|
60,6
|
182,4
|
60,80
|
B3
|
64,75
|
64
|
50
|
178,75
|
59,58
|
Jumlah
|
189,35
|
181,45
|
169,8
|
540,6
|
−
|
Rata - Rata
|
63,12
|
60,48
|
56,60
|
−
|
60,07
|
Tabel
2. Hasil analisis Sidik Ragam Pengamatan Tinggi Tanaman Kangkung saat Panen
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
Ftab
|
||
0,05
|
0,01
|
||||||
Kelompok
|
2
|
64,48
|
32,24
|
1,24 ns
|
6,94
|
18,00
|
|
Pupuk
|
2
|
2,502
|
1,251
|
0,05 ns
|
6,94
|
18,00
|
|
Sisa
|
4
|
104,402
|
26,10
|
|
|||
jumlah
|
8
|
171,384
|
|
4.1.2.
Bobot
Tanaman Perpetak
Hasil
pengamatan pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang
terbuat dari aktifator tadabur terhadap bobot tanaman kangkug dapat di lihat pada
tabel berikut :
Tabel 3. Rata-rata
Hasil pengamatan bobot tanaman kangkung perpetak saat panen (kg)
perlakuan
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Rata - Rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
B1
|
5,95
|
4,79
|
4,18
|
14,92
|
4,97
|
B2
|
5,21
|
4,9
|
3,66
|
13,77
|
4,59
|
B3
|
4,42
|
5,41
|
5,12
|
14,95
|
4,98
|
Jumlah
|
15,58
|
15,1
|
12,96
|
43,64
|
−
|
Rata - Rata
|
5,19
|
5,03
|
4,32
|
−
|
4,849
|
Tabel 4. Hasil
analisis Sidik Ragam Pengamatan bobot Tanaman Kangkung saat Panen
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
Ftab
|
||
0,05
|
0,01
|
||||||
Kelompok
|
2
|
0,302
|
0,151
|
0,277
ns
|
6,94
|
18,00
|
|
Pupuk
|
2
|
1,297
|
0,6485
|
1,188
ns
|
6,94
|
18,00
|
|
Sisa
|
4
|
2,183
|
0,54575
|
|
|||
Jumlah
|
8
|
3,782
|
|
||||
4.1.3.
Bobot
Tanaman Perhektar
Hasil
pengamatan pengaruh penggunaan berbagai dosis bokashi kotoran kambing yang
terbuat dari aktifator tadabur terhadap bobot tanaman kangkug perhektar dapat
di lihat pada tabel berikut :
Tabel
5. Rata-rata Hasil Pengamatan bobot Tanaman Kangkung perhektar saat Panen (ton)
perlakuan
|
Kelompok
|
Jumlah
|
Rata
- Rata
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
B1
|
19,83
|
15,97
|
13,93
|
49,73
|
16,58
|
B2
|
17,37
|
16,33
|
12,2
|
45,90
|
15,30
|
B3
|
14,73
|
18,03
|
17,07
|
49,83
|
16,61
|
Jumlah
|
51,93
|
50,33
|
43,20
|
145,47
|
−
|
Rata
– Rata
|
17,31
|
16,78
|
14,40
|
−
|
16,16
|
Tabel
6. Hasil analisis Sidik Ragam Pengamatan bobot Tanaman Kangkung perhektar saat Panen
SK
|
DB
|
JK
|
KT
|
Fhit
|
Ftab
|
||
0,05
|
0,01
|
||||||
Kelompok
|
2
|
14,41
|
7,21
|
1,19 ns
|
6,94
|
18,00
|
|
Pupuk
|
2
|
3,35
|
1,68
|
0,28 ns
|
6,94
|
18,00
|
|
Sisa
|
4
|
24,26
|
6,06
|
|
|||
jumlah
|
8
|
42,02
|
|
4.2.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis varians
dari ketiga perlakuan jumlah perbandingan persentase pupuk bokashi (B1,
B2,B3 ) yang di ujikan pada penelitian ini menunjukkan
bahwa ketiganya memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap semua parameter
yaitu tinggi tanaman, produksi per petak dan per hektar. Akan tetapi
berdasarkan hasil rata – rata diperoleh
hasil yang lebih tinggi pada perlakuan B3 terhadap tinggi tanaman, produksi per
petak dan per hektar.
Dari hasil ananlisis varians
tinggi tanaman menunjukkan bahwa Fhit < Ftab, maka dari hasil analisis
varians tersebut dapat di lihat bahwa Ftab > Fhit hal berarti terdapat perbedaan
yang berpengaruh tidak nyata ( tn) antara masing – masing perlakuan tehadap
tinggi tanaman kangkung darat. Tidak terjadi perbedaan yang nyata terhadap
pertumbuhan tanaman kangkung darat antar perlakuan B1, B2,
B3, di sebabkan karena setiap media perlakuan mempunyai persediaan
unsur hara yang berbeda untuk masing – masing pertumbuhan tanaman. Jadi di
berikan Penambahan pupuk bokashi yang mengandung unsur – unsur penting yang di
perlukan media perlakuan memungkinkan pengaruh pada pertumbuhan tanaman kangkung
darat.
Pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki struktur tanah dan
memberikan suplai hara yang tinggi seiring pemberian pupuk. Menurut Novizan
(2005), pupuk kandang mempunyai daya untuk meningkatkan kesuburan tanah karena
dapat menambah zat makanan, mempertinggi kadar humus, memperbaiki struktur
tanah dan mendorong kehidupan jasad renik. Pupuk kandang juga penting sebagai
sumber unsur mikro yang dibutuhkan oleh tanaman, sehingga keseimbangan unsur
hara di dalam tanah menjadi lebih baik. Pemberian pupuk kandang yang memiliki
hara yang dibutuhkan oleh pertumbuhan tanaman sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian media yang
mendapat perlakuan . Semakin tinggi kadar pupuk yang diberikan maka kondisi
tanah semakin baik, karena penambahan bahan organik kedalam tanah yang dapat
memperbaiki struktur tanahpun semakin maksimal.
Menurut Loveles (1999), unsur N diperlukan untuk pertumbuhan
vegetatif dan memperlambat pertumbuhan bunga dan buah tanaman. Bila tanaman
terlalu banyak mendapat unsur N, tanaman akan tumbuh terlalu subur sehingga
sulit menghasilkan bunga. Sebaliknya, bila kekurangan, pertumbuhan tanaman
menjadi kecil-kecil, berwarna pucat, berbunga banya, buah yang dihasilkan
berukuran kecil dan mudah rontok. Adanya unsur P menyebabkan terbentuknya bunga
dan buah lebih banyak. Kekurangan unsur tersebut menyebabkan tanaman tidak
mampu menyerap unsur lainnya. Meskipun jumlah unsur phospat yang diangkut
tanaman sedikit, akan tetapi karena efisiensi penggunaan phospat dari pupuk
sangat penting. Maka apabila kekurangan phospat pertumbuhan tanaman akan
menurun secara drastis. Unsur K sangat berperan dalam pembentukan dan
transportasi karbohidrat, megatur kebutuhan air yang diperlukan jaringan
tanaman, dan mendorong daya serap air. Unsur K sangat menentukan produktivitas
tanaman dalam menghasilkan buah, baik jumlah dan mutunya. Apabila tanaman
kekurangan unsur ini, maka pada bagian tepi dan pucuk daun berwarna coklat dan
lambat laun kering. Buah yang dihasilkanpun akan terasa hambar dan kadar airnya
rendah.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa perlakuan b3 yang meberikan pengaruh lebih baik
dengan rata-rata produksi 4,98 kg per petak atau 16,61 ton/ha.
5.2. Saran
Perlu di lakukan penelitian lanjutan, mengingat dari hasil
yang di dapat dari setiap dosis pupuk, agar memerhatikan aspek usaha taninya
dengan pengeluaran minimal dapat menghasilkan produksi yang maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Tseng,
C.F; S. Iwakami; A. Mikajiri; M. Shibuya, M.; F. Hanaoka; Abizuka. Y;
Padmawinata.
K; Sankawa. U. 1992. Inhibition of in
vitro Prostalglandin and Leucotriene
Biosuntheses
by Cinnamoyl-beta-Phenethylamine and N-acydopamine Detrivatives. Chemical and
Pharmacetical Bull. (Tokyo). 40(2) : 396-400.
Djuariah, 2007. Rencana
penelitian perbaikan varietas kangkung.
Cit
Proposal
:
Teknologi Usahatani untuk
Meningkatkan Produksi dan Mutu Kangkung (Ipomoea aquatica Forsk-Convolvulaceae).
BALITSA.
Novizan, 2005. Petunjuk
Pemupukan yang Efektif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
0 komentar:
Posting Komentar